MENGAPA BOSAN?
Aktivitas
yang terus berulang dan (apalagi) dengan motif, corak dan gaya yang sama, tidak
jarang membuat pelakunya bosan. Misalnya tiap pagi harus mengepel lantai,
setelahnya menyiapkan sarapan, lalu mencuci piring-piring kotor, terus mencuci
pakaian, menjemur pakaian dan seabreg kegiatan setelahnya. Atau tiap pagi
mandi, pergi mencari nafkah, pulang sore dengan badan capek, malamnya giliran
meronda. Mungkin pernah atau tidak pernah ada terbesit perasaan bosan dan
kemudian disusul perasaan malas untuk melaksanakannya.
Apakah itu (bosan dan malas) wajar?
Jawaban saya, antara wajar dan tidak! Saya katakan wajar, karena saya pun
pernah mengalami. Namun kemudian menjadi tidak wajar ketika saya (dan
anda) sadari bahwa hal ini (segala pekerjaan) terjadi karena kita masih hidup,
di dunia. Bayangkan saja kalau kita bosan untuk makan minum, bosan untuk
membukakan mata dan menghirup udara, apakah kiranya hidup kita masih dikatakan.
Apakah harus protes dan mengeluh?
Tak dapat dipungkiri ketika kita malas beraktivitas untuk mengikrarkan “makna
hidup” kita, berarti kita telah kalah patuh terhadap makhluk lain – yang
padahal kita lebih mulia dari mereka. Siapa mereka? Diantaranya, matahari, air,
bumi/tanah, gunung dan sebagainya. Matahari masih sangat patuh menjalankan
tugas rutinnya, dan selalu tepat pada waktunya. Dan sekiranya ia tidak patuh
dan malas untuk bekerja, apakah air masih tetap menepati sifat-sifat yang
dikaruniakan kepadanya, tanah juga tak pernah mengeluh dengan setiap pijakan di
atasnya, gunung pun tidak protes untuk mencoba berlari tanpa ada amanat
dari-Nya. Dan karena ketaatan, kepatuhan mereka itulah kita selamat dari
kekacauan yang mungkin terjadi. Terbayangkah oleh anda, jika mereka semua
protes terhadap takdir untuknya? Tentu bumi ini tidak akan nyaman kita
tinggali.
Olehkarena itu, mari kita belajar dari mereka yang tetap patuh terhadap apa
yang ditugaskan kepadanya. Kembalilah untuk bekerja, pegang amanah sebagai
makhluk yang mulia dan khalifah terpercaya! “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya....” (QS. Al Baqarah : 286)
__Tulisan ini pernah dimuat di Kabar
Priangan @ percikan. 21-09-2012__
Tambah: "ia
mendapatkan pahala (dari kebajikan ) yang diusahakannya dan mendapatkan siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya." (QS. Al baqarah : 286)
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat.