Belajar Membaca Al-Qur'an
Bismillah.
Alhamdulillah. Insya Allah, di kesempatan ini kita akan menjalankan double kefardhuan, yang dikenal dengan fardhu kifayah dan fardhu 'ain. Maksudnya, kita di sini insya Allah akan mempelajari ilmu membaca Al Quran, yang mana hukum asalnya adalah fardhu kifayah, (yang dengan secara sederhana, maknanya adalah kewajiban yang diembankan kepada sekelompok atau komunitas, atau suatu tempat, untuk dilaksanakan oleh sebagian atau seluruhnya. Di mana ketika sebagian atau bahkan hanya dikerjakan oleh satu orang saja, maka gugurlah beban kewajiban orang lainnya).
Tapi, diantara perbuatan yang dihukumi fardu kifayah, mempelajari ilmu tajwid menjadi spesial hukumnya, kenapa? Karena ia di sisi lain, hukumnya menjadi fardhu 'ain, alias diwajibkan secara mendesak kepada masing-masing individu/orang untuk dapat menggunakannya, yaitu ketika membaca Al Quran.
Yang (lagi) artinya adalah kedudukan mempelajari ilmu tajwid ini menjadi sangat penting bagi kita. Di antaranya, agar terhindar dari dosa (kalau tidak mempelajarinya), meminimalisir terjadinya kesalahan ketika membaca Al-Quran, dan mendapatkan kenyamanan dan kecintaan terhadap Al Quran. Di atas semuanya, kita haturkan/persembahkan kehadiran dan keinginan ini adalah sebagai wujud ketaatan kepada Allah, Insyaallah, kita ridho menjalankan perintah Allah, dalam kalimat IQRO! Kita berusaha patuh pada perintah Allah dalam surah Al Muzammil ayat 4,
وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
"Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan."
Dalam hadist riwayat Bukhari, Rasulullah shallalahu'alayhiwasallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
yang artinya, "orang yang paling baik di antara kalian ialah seorang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya."
Dalam hadis lain Rasulullah shallalahu'alayhiwasallam bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
yang artinya, “Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya”.
Kemudian ketiga, dalam hadis riwayat Baihaqi,
عَنِ ابن عُمَرَ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَيِ عَلَيهِ وَسَلٌمَ اِنٌ هذِهِ القُلُوبَ تَصدَأ الحَدِيدُ اِذَا أصَابَهُ المَاءُ، قِيلَ يَارَسُولَ اللٌهِ وَمَا جِلآوُهَا ؟ قَالَ كَثُرَةُ ذِكرِ الَموتِ وَتلآوَةُ القُرانِ.(رواه البيهقي في شعب الإيمان
Dari Abdullah bin Umar radhyiyallahu'anhuma. berkata bahwa Rasulullah shallalahu'alayhiwasallam bersabda, “Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air.” Beliau ditanya “Wahai Rasulullah, bagaimana cara membersihkannya?” Rasulullah saw. bersabda, “Memperbanyak mengingat maut dan membaca al Qur’an.” (HR. Baihaqi).
Dengan ketiga hadis tersebut, mari kita tegaskan dalam diri, bahwa kita ridha juga untuk mengikuti perintah Rasulullah shallalahu'alayhiwasallam.
Berharap untuk mendapatkan pahala atas kehadiran di majelis ini, mendapatkan pahala karena tidak meninggalkan/melewatkan kajian ini, dan semoga menjadi washilah turunnya berkah dan terkabulnya harapan-harapan lainnya.
Teman-teman, demikianlah sedikit pengantar dari saya, sekadar mengingatkan kembali untuk yang lupa, berbagi sedikit motivasi dan semoga membangkitkan kembali semangat menuntut ilmu, dan siap menghadirkan diri sepenuhnya untuk menyerap ilmu yang akan disampaikan oleh Almukarram Al ustad.
Jazaakumullahu khayran katsiran, atas kesempatan dan perhatiannya, baarokallahu fiikum jami'an.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat.