BELAJAR ASYIK UNTUK BELAJAR


Kosa kata “belajar” masih sering dipandang sempit, yakni segala kegiatan yang berhubungan dengan persekolahan atau buku pelajaran, karena diyakini bersama bahwa di sanalah sumber ilmu; gudang ilmu. Sehingga kemasan belajar itu terkesan selalu membosankan dengan penjejalan materi, teori dan kosakata-kosakata.
Untuk meluruskan klaim ini, bolehlah kita bahas hikmah-hikmah dari kegiatan kecil rutinitas kita. Misalnya, anak kecil belajar mengendarai sepeda hanya karena teman bermainnya membawa sepeda dan dia iseng mencoba. Eh, orang tuanya terpesona saat tahu anaknya sudah bisa mengendarai sepeda. Seorang ibu senang bercerita ceria dengan rekannya tanpa ia sadar , informasi yang diterimanya menjadi pengetahuan. Setibanya di rumah iseng mempraktikkan tips dari temannya, jadilah ia berani mencoba hal baru, sebagai karya yang nyata.
 Begitulah, disadari atau tidak, potongan-potongan kecil terkadang malah menjadi tempat kita belajar sesuatu dengan efektif. Atau terkadang  juga menjadi sesuatu yang penting dan berpengaruh terhadap suatu pemutusan di masa setelahnya. Karenanya tidak salah jika pribahasa mengatakan pengalaman itu adalah guru yang berharga.  Adapun kita, mungkin ketika mengalami si calon pengalaman itu, kita tidak tahu apa kegunaannya atau apa pengaruhnya bagi kehidupan; saat itu atau setelahnya. Sehingga terkadang jika tidak menyadari pentingnya sebuah pengalaman, hal-hal kecil tersebut malah diremehkan begitu saja.
Karenanya jika  diperhatikan, dua hal tadi yakni potongan kecil suatu kejadian dan pengalaman, tidak dapat dipungkiri  adalah manik-manik pembelajaran. Menghargai waktu, mencintai apa yang dilakukan saat ini, perhatian terhadap momen dan kesempatan yang ada, tidak mustahil menjadi wahana pemeliharaan intelektual yang baik. Kaitannya dengan belajar, penting sekali jika setiap kegiatan itu dimaknai sebagai suatu lahan untuk belajar dan pembelajaran yang bermakna. Sehingga kita akan sampai pada pemahaman long life learning, sebagai suatu kewajiban yang telah termaktub. Karena itu, mari untuk terus belajar asyik untuk belajar!

(diterbitkan di MATAHATI edisi 6)

Komentar