CINTA DI SEPUCUK SURAT UNDANGAN



TING TONG TING TONG
      Bell rumah berdenting keras, mengalihkan perhatian semua yang berada di ruang keluarga.
      “Biar aku saja yang buka” Dengan semangat, gadis termuda menawarkan diri.
      “Mas, ada surat undangan nih. Dari teman Mas. Wah ada foto mba Keiya, Cantik banget...”Fira bersorak memandangi sebuah foto di sampul surat undangan.
      “apa? Keiya...” Arya tertegun. Ada rasa kaget. rasa bersalah, rasa cemburu.. dan rasa kehilangan. Lumpuh sudah. BLANK!!
***
      Pagi itu semua siswa sudah berkumpul di lapangan sekolah. Upacara rutin akan segera di mulai. Sebagian siswa harus berurusan dengan security sekolah karena terlambat, walau hanya beberapa menit. ahh menyebalkan!
      Fira, gadis berkerudung tampak imut-imut maju ke depan lapang. Menghadap teman-temannya. Beberapa detik sebelumnya namanya di sambut dengan tepukan meriah dan gema Alhamdulillah.
      “yah! inilah dia Fira Awijdiani, juara 1 Pidato setingkat kota yang telah dilaksanakan dua hari kemarin. Dan insya alloh akan mewakili kembali sekolah kita ke tingkat nasional bahkan sampai internasional sekaligus. amin.” Bu Emira menyampaikan perkenalannya. kemudian memperkenankan pak kepala sekolah menyerahkan tropi penghargaan kepada Fira.
      “Fira... selamat ya!!”sahabat-sahabatnya bersahutan memberinya selamat.
      Semua merasa senang dengan keberhasilan Fira membawa harum nama sekolah. Terutama Gadis yang lebih tua yang selalu memotivasinya belajar.
***
      BRUK..!
      Buku-buku berjatuhan di lantai. Seorang gadis tampaknya begitu kewalahan dengan beban di tangannya. Dan dengan gaya spontan seseorang membantunya.
      “ini mba. jangan banyak-banyak dong bawa bukunya! kekuatan kita kan ada batasnya. he..” ucapnya.
      “err.. makasih,” jawab Keiya dengan wajah tersipu. Dan dengan hati-hati ia menerima bukunya kembali dari tangan pemuda kekar di hadapannya.
      “aduh maaf..”Keiya segera menghindar. Tangan pemuda itu sempat menyentuhnya,tak sengaja.ups..! sorry me please! Tanpa sempat bercakap lagi, gadis itu telah berlalu, dengan sempat mengucapkan salam. Namun ia khilaf, di atas lantai tersisa selembar kertas putih.
***
      “Mba Keiya, alhamdulillah aku dapetin juara pertama..”gadis kecil berjilbab itu membuyarkan lamunan Keiya.
      “wah? Alhamdulillah, Fira.. Mba, ikut seneng. Seneng sekali. Ehem, tapi inget jauhkan sikap sombong ya, de..” Ucap Keiya dengan penuh perhatian.
      “iya mba.. eh iya, mba jangan bosan ajarin Fira ngaji lagi ya mba, apalagi diskusi keagamaan .. soalnya, Fira mau diikut sertakan lomba lagi di tingkat nasional, mba..” pinta Fira dengan penuh semangat. Seperti biasa, mba keiya mengiyakan saja. yess!! batin Fira.
      Sore itu, di langit senja memukau. Halaman luas ditumbuhi pepohonan, daun-daun berjatuhan terdesak angin. Bunga-bunga kecil bergoyang semarak warna yang menakjubkan hati. Ditambah dengan alunan al-Quran mengalun indah yang menyejukkan qalbu, pemandangan yang indahnya mampu menembus hati setiap insan.  
***
      Keiya. Gadis berjilbab yang sekaligus merupakan model sebuah butik kerudung, saat ini sedang melanjutkan study S1 di Sekolah Tinggi Agama Islam. Di samping kesibukannya sebagai mahasiswa dan model, ia juga sering menyempatkan waktu mengisi ruhaninya dengan ruhuddiini. Diantaranya mengikuti pertemuan rutin pengajian di mesjid tidak jauh dari rumahnya.Dalam kegiatan keagamaan jangan ditanyakan! Dia selalu terlibat! J Dan hobby nya yang tak kalah prestasinya adalah membaguskan bacaan al-quran.
      “nak, sudahkanlah kesibukanmu mengurus anak orang lain.Coba sejenak perhatikan masa depanmu, tak kan selamanya anak gadis baik menyendiri..” Ibu Keiya, matanya nanar. Menatap anak gadis satu-satunya, harta satu-satunya, yang sedang duduk manis di depan notebook hijau kesayangannya.
      “em..bu, jangan sedih lah..Keiya, baik-baik saja, insya alloh, ikhlas” jawab Keiya dengan tenang. Wajahnya sayu namun tak pernah tampak murung.
      “kemarin dan kemarinnya lagi.. sudah dua orang lelaki shalih yang belum kau beri keputusan, nak. Ibu khawatir sekali..” Bu Lei tiba-tiba hanyut dalam isakan tangis.
      “bu.. insya alloh, Akan segera datang orang tepat untuk Keiya. Ibu yang sabar, Keiya baik-baik saja.” Keiya menegaskan mimpinya.
      Doa berhamburan dari hati terdalam. Menguapkan harapan-harapan tulus. Akankah Rabb menyia-nyiakan hambanya yang hanya meminta kepadanya?
***
      “Ar,ente udah dapet surat undangan ana kan?”
      “o.. sudah”
      “sip, syukran yah! hudzurukum muntadzirun wa muhtaajun lii..akhi!”
      Jenal berlalu. Arya hanya berdiam. Apa sahabat terbaiknya kini akan mengambil cinta-nya? Dan apa Arya bisa ikhlas?
      Matahari semakin meninggi. Pepohonan yang rindang menjadi tempat yang sangat aman untuk berteduh. Tapi halaman kampus semakin riuh dengan seliweran mahasiswa yang berarak kesana kemari. Akhirnya, mesjid, satu-satunya tempat tersejuk yang nyata.
      Arya bersegera mengambil air wudhu dan..
      “Keiya, aku duluan ya!”suara yang entah dimana pemiliknya. Mengganggu sekali di telinga.
      “huss, keras-keras banget ngomongnya. Yasudah, silahkan.” Jawab temannya dari dalam masjid di tempat shalat akhwat.
      Arya samasekali tak berminat melihatnya, namun gadis itu kemudian melewati pintu mesjid ikhwan menuju sebuah kantor kecil di sebelah sana.
      Gadis itu? Keiya? sekampus?
***
      “Mas, bisa nganterin Fira ga?”
      “kemana?”
      “ke mesjid lah, sekarangkan jadwal fira ngaji! segitunya mas ni, ga tahu jadwal rutinku!” Jawab Fira sedikit ngambek, mulutnya maju.
      “haha, ko manyun gitu sih. Ayo!”
      Bukan pertama kalinya Arya memasuki kawasan indah ini, tapi ini pertama kali ia menyadari sesuatu di luar dugaannya.
      “mas mau nunggu?” Fira kali ini memasang muka manis-setengah merayu,boo..cah
      “eng..ngomong-ngomong, kamu kenal sama perempuan yang itu?” Arya berisyarat.
      “ya ampuun mas, dia toh guru ngaji fira. Yang sering ngasi fira motivasi dan bahkan sangat fira idamkan... emm.. menjadi.. mba fira.”Jawab Fira penuh arti.
      “oh, ah kamu ada-ada saja. sudah sana gabung, mas nunggu di depan”ada sesuatu yang tersembunyi di dada Arya, yang dibiarkannya mengaliri jiwanya. Cintakah? begitu aneh rasanya.
***
      akh, afwan kalau ana ga bisa hadir di walimah antum, ada acara lain yang harus ana isi, tentunya ana sangat mendo’akanmu. Icon menunjuk satu nama pilihan dari sederetan kontak, klik! Send message!
      Ah begitu tidak tega.Dia sahabatku tapi hati tak dapat dibohongi. Maaf sobat! Aku hanya ikut bahagia jika engkau mampu membahagiakannya. Batin Arya.
      “eh ,mass! ko bengong?”Fira telah kembali.
      “sebentar sekali ngajinya” tanya Arya keheranan.
      “lagian .. kasian liat mas bengong, hihihii..” sekarang adiknya terpekik sendiri. Menertawakannya?
      “yey.. ini namanya tadabbur alam, neng!” Arya mengelak.
      APV black segera meluncur, melewati pepohonan rindang. Menyisakan debu-debu harapan yang tertinggal di halaman mesjid. Keiya, di balik jendela kaca hitam.
***
      “apakah tadi kamu hanya membicarakan soal pernikahan” Tanya Arya dingin.
      kok mas bisa tahu ya? ini kan rahasia. batin Fira yang sibuk merangkai kata-kata penjelasan.
      “ehhemm. sekarang gantian situ yang ngelamun to?”
      “eh, haha.. pernikahan siapa maksud mas?”
      “lha, kan guru ngajimu itu bukannya mau nikah?”
      “iyo toh mau, tapi bukan besok maaass!” jawab Fira kalem.
      “katamu kemarin surat undangan itu listnya besok kan?”
      “jee.. mas mas.. makanya kalau baca nyampe akhir dong! yang nikah itu kan temen baiknya Mba Keiya, namanya mba Lura. Ke temen mas, mas Jenal bukan?” tegas Fira puas.
      “hah? benarkan?” Arya menghentikan menyupir. kaget.
      “hahaha.. mas.. mas, main ambil kesimpulan aja”
       "trus, kenapa sampulnya??"
      "itu untuk menyemangati tamu undangan, hehee, ah mas! secara gitu, model.."
      Arya mangut-mangut. Akhirnya keduanya tertawa. Dan dengan lancar Arya mengungkapkan sesuatu terrahasia yang menyesakkan dadanya.
      Sebelumnya, dengan sembunyi-sembunyi, setelah Fira menemukan sebuah foto di meja belajar mas nya, ia melapor kepada Uminya. Mengaku sangat mengenali foto tersebut, akhirnya ia mengusulkan Keiya-pemilik wajah di foto- untuk dijadikan mba nya. Spontan saja usulan ini disambut baik oleh Abi dan Umi yang memang sedang mencarikan jodoh untuk anak lakinya. Semua tanpa pengetahuan Arya, dan berjalan sesuai Qadrat-Nya.
      Arya kembali menatap telepon genggamnya. Melacak kembali pesan yang tadi dikirimnya. Bah! Kosong! Icon ditujukan ke folder pesan tak terkirim dan tak sampai sepersekian detik yang dicarinya bersembunyi di sana. Alhamdulillah.
***


08 Juni 2012
Syauqiyannur

Komentar