STRATEGI PAP, UNTUK HIDUP ASYIK BERSAMA!

            Apa sebenarnya yang membelenggu kita dalam menghadapi kenyataan hidup ini? 
Ketika misalnya terjebak dalam sulitnya ekonomi, bobroknya sistem negeri, pecahnya perang dan kerusuhan di sana sini, semuanya terasa begitu menyiksa dan menyayat hati. Namun di saat ada yang angkat bicara, berkoar tentang teori dan janji demi pertiwi, efeknya malah seperti lagu lama bagi para pendengarnya. Krisis kepercayaan yang mengelegi. Menyedihkan memang, di mana perubahan itu senantiasa menjadi dambaan, dan disaat yang sama kepercayaan seperti telah tergadaikan. Akhirnya kata kunci kemelut ini menuntut dua syarat: best agen of change dan credible. 
       Adapun menuju renovasi ini tentu tidak dengan “menunggu” atau mempertahankan keadaan yang stagnan. Melainkan semua orang yang menginginkan perubahan dan perbaikan itu pun turut menjadi “aktor” dalam sandiwara revitalisasi negeri ini. Strategi PAP (Peran, Aktif dan Partisipasi) ditawarkan sebagai solusi atau jalan kecil untuk masalah di atas,. 
      Seperti mana rantai makanan, masing-masing komponen pembentuknya memegang peranan masing-masing. Dan dalam fungsinya diketahui: setiap kontribusi, kehadiran, dan perannya sangat penting untuk keseimbangan kehidupan. Kiranya di sinilah setiap individu harus menyadari penting peranannya sebagai aktor bukan sebagai penonton. Kullun ya’malu ‘ala syakilatihi; semua bekerja sesuai tanggungannya (perannya). Bukankah ini adil? Jika semua mengamini, balasan pun menjadi sebuah niscaya hasil bersama. Inilah kesadaran memainkan peran. 
        Berperan sebagai penduduk yang baik, pembelajar yang baik, pekerja yang baik, pemimpin yang baik, juga pengamat sampai pengkritisi yang baik, tidak mustahil kehidupan pun menjadi lebih baik. Meski makna baik itu relatif pemaknaannya, pada intinya yang dimaksudkan adalah kebaikan dari peran tersebut. Kebaikan hakiki yang bukan karena dibeli, atau karena ambisi yang kemudian menjadi enemy (musuh), juga bukan dari permainan manipulasi dan monopoli. 
      Hal kedua yang tak kalah pentingnya adalah aktif dan partisipasif. Setelah menyadari pentingnya peran diri, langka selanjutnya adalah aktualisasi diri baik berupa dalam menyelesaikan masalah dan menghadapi rintangan, berjibaku menjadi pelaku perubahan, dan berkaya. Karena dengan hal tersebut artinya merupakan suatu bukti kemanusiaannya sebagai makhluk sosial. Berpartisipasi pun bukan soal menjadi calon dewan atau kepala, tapi minimal sebentuk penghargaan untuk diri sendiri. Membuktikan eksistensi diri dengan karya yang nyata. Karena apapun bentuknya sebuah kontribusi, asalkan pada dasarnya ada kesadaran dari hidup bersama dan untuk hidup bersama. 
     Akantetapi realisasi strategi ini memiliki hambatan. Seperti halnya bagi seekor burung rajawali, satu-satunya hambatan untuk terbang lebih cepat dan nyaman adalah udara. Tetapi jika udara itu diambil dan burung tersebut dibiarkan terbang dalam kehampaan tanpa udara, burung rajawali itu segera jatuh ke tanah dan tidak dapat terbang sama sekali. Atau hambatan utama yang harus diatasi oleh sebuah perahu bermotor adalah air yang menyentuh baling-baling perahu. Tetapi jika tidak ada air sebagai penahan, perahu ini justru tidak dapat bergerak sama sekali. Sahabat dailymailer mengatakan “sebuah kehidupan yang terbebas dari hambatan dan kesulitan akan mengurangi semua kemungkinan dan daya sampai ke titik nol”. Artinya jika lari dari masalah sejauh apapun, hanya akan mengakibatkan hilangnya daya kreatif manusia. Sehingga barangkali hambatan itu justru merupakan batu kompatan untuk dapat naik lebih tinggi menggapai apa yang diinginkan. 
      Akhirnya sebesar apapun tindakan kita mempertahankan kebaikan, moralitas, perjuangan dan hidup sosial, tentu menjadi sumbangsi yang berarti untuk kelanjutan hidup bersama. Tinggal satu pertanyaan: mau atau tidak menjadi bagian dari generasi pilihan yang ditunggu? 

Tulisan saya di matahati edisi 08/V?13

Komentar