NULIS DIARY?

Khusus buat sahabat baikku yang selalu saja bilang aku alay gara-gara nulis diary, ini nih aku beberkan ceritaku dan my diary. Yaaa, jangan tanggung tanggung bilang “alay”nya yaaa! Hahahaa. 
Pertama, aku mau kenalin beberapa catatan curatcoret kreatifku di buku-buku kecil yang saat ini kusebut sebagai diarykecil. Setelah aku obrak abrik lemari tuaku, ternyata ketemu dah tuh buku-buku kecil nan lecet. Ukuran, gambar, warna, dan ketebalan buku berbeda-beda, apalagi isinya. Hehe. Yang pertama, karena bukan aku yang beli dan yang milih. Kedua (untuk isi), episode-episodenya sangat tergantung pada sikon saat nulisnya. Diary sendiri buat aku memiliki makna sederhana, ya tempat untuk nulis. Hehe. Lebih tepatnya, pemaknaan untuk diary lebih aku tahu setelah lulus SMA. Kok bisa ya? Ya bisa lah..upss. Jadi intinya, sebelum lulus SMA, aku tidak memaknai menulis diary itu kepentingan atau kebutuhan sama sekali. Melainkan aku melakukannya sebatas “kadang-kadang”: sometimes need, sometimes want. Padahal eh padahal, jika dan jika (sangat suka dan always do), waahh barangkali barangkali. Hehe. Seperti tokoh penulis yang terkenal ataupun yang aku kenal: so great! Amazing!, dengan sejarah kepenulisannya. Tapi tak begitu seperti mereka pun, tak apalah, setidaknya mendekati (*eh, hehe). Well, sekarang aku kenalin dah satu-satu. 
Yang ini (1) buku kecil waktu SD. Aku punya dua buku kecil tapi yang satu lagi entah kemana. Isinya adalah biodata teman-teman. Menarik sekali membaca kembali bahasaku sebagai yang empunya buku; bahasa campuran antara bahasa ibu dan letter B. Maklum, orang kampuang nan jauh dari kota. :D.
 Nah, yang Ini (2) yang tersisa ketika aku masuk MTs (setara SMP). Aku mulai bercerita; babibu-lalala. Yang menarik adalah aku mulai tertarik dengan penghargaan sahabat dan persahabatan, juga mulai tersentuh lope. Wkwkwkwk. Ketika membuka lembaran-lembarannya yang kusam dan tulisannya yang bermetamorfosis dari tulisan asalnya (-_-) aku mengira dari sini duniaku mulai meluas, terlihat dari kosakata dan bahasa yang kumiliki dibanding pada kata pengantar di bukukecil pertama. Oh iya buku-buku setengah imut ini adalah hadiah dari kakakku, hoho. *sekali lagi, aku tak beli buku diary, karena tak tahu “penting nggak sih”. 
Yang ini (3) buku bundel biodata (lebih banyak teman, asyik), surat-surat masuk,juga seputar curhat, dari adik-kaka-dan teman-teman MTs, ada juga kesan-pesan mereka buat aku. Hahaha. Menarik sekali, seperti berkaca siapa saya dulu. Uhhh. Dan selanjutnya buku-buku curat-coret SMA ku. Aku mulai sering mengumpulkannya, karena setelah SMA aku tahu kemana harus membelinya (ya, ada koperasi yang lengkap di sekolah). Pada usia ini aku mulai mencoba memaknai buku kecil selain sebagai “alat” yaitu sebagai “teman”. Kenapa? Mungkin (aku mengira saja), aku sudah mulai mengenal “rahasia”. Hahaa. Tapi aku juga curiga, kalau ada kompleksitas tertentu yang menuntut aku untuk “berfikir” dan tidak sekadar “bermain-main”. 
Ada beberapa macam buku kecil disesuaikan dengan tujuanku ketika membelinya, seperti satu untuk biodata teman (entah kenapa ko seperti penting banget ya :D), buku curcor perasaan-nasihat-kritik, buku agenda kegiatan-kegiatan, buku saku untuk daily activities. Hanya saja tidak semuanya masih ada. Sebagian ada yang terkena razia (hahaha, ini di lain cerita saja ya) or ada juga yang memang mungkin tak perlu di-save (ibu bilang: rumah kita kecil, masak mau dijejali buku dan kertasmu? Lha kita tinggal di..? ba ra la :D). Yang penting, saat itu aku akui aku mulai sangat senang dengan buku-buku kecilku. Artinya, benda mati tersebut sudah mulai hidup dengan maknanya untukku. Bisa juga aku bilang (sekarang), aku pun mulai hidup dengan tulisan. Hehe. 
Well, dearest reader, pandangan teradap menulis di diary itu tergantung kebutuhan masing-masing. Tapi soal menulis, tambahan dari saya berkaitan dengan pembahasan di atas adalah soal menghargai waktu dan hidup. Tulisanmu, jejakmu, sejarahmu. Bukan begitu?. Untuk apa? Itu terserah anda tentunya. Penghargaan & pemaknaan, jawaban saya. Barangkali tanpa apa yang tertulis, kita sulit mengenal orang-orang hebat di sini di sana, bahkan menjadi seorang atau berkelompok seberuntung saat ini. Write: Love life, live love, love them = love your self, especially: get your TRUE LOVE! 
Enough here, thanks for reading! (^_^) Salam Zestful!

Komentar