RESUME DISKUSI MATA KULIAH BIMBINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dipimpin oleh kelompok 3 (Dede S., Ima R., Ati N.), 
dengan dibimbing oleh dosen: Drs. H. Didi Sutardi Danawijay, MA 
  • Bagaimana tahapan memberikan suatu penanganan anak berkebutuhan khusus di sekolah? 
Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah DIAGNOSA, PROGNOSIS, TERAPI.
Pada langkah diagnosa, orang yang memiliki keperluan untuk mendiagnosis, khususnya guru, melakukan pengamatan terhadap anak berkebutuhan khusus. Peninjauannya dilihat dari berbagai aspek yang terlihat, atau segala gejala yang timbul dari individu tersebut, baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tahapan kedua, prognosa, diantaranya mengungkap alternatif untuk penanganan yang dapat dilakukan, sesuai dengan penemuan yang didapatkan pada proses diagnosis.
Tahapan terakhir, terapi. Pada tahapan ini dilakukan jika memang belum ada hasil yang diharapkan. Orang-orang yang terkait dengan tahapan adalah terapis, guru, dan orang tua.

Sedangkan tahapan ini juga memiliki langkah-langkah tersendiri, diantaranya:
 • Intervensi secara langsung Terapis melakukan terapi secara langsung kepada anak berkebutuhan khusus.
 • Konsultasi Pertemuan secara reguler yang melibatkan terapis, guru, dan orang tua. Di mana pada langkah ini berisi suatu kegiatan yang merupakan saran. Anjuran dari terapis yang harus dilaksanakan oleh semua pihak tadi.
• Monitoring Terapis, guru dan orang tua melakukan evaluasi berkala atas penerapan rencana strategi yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Baik itu tahapan diagnosa, pragnosa, dan terapi terapis itu sendiri.

  • Pendekatan dan metode apa yang tepat untuk penanganan anak tuna laras?

 Pendekatan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus diantaranya:
• Discrete Tial Training (DTT) : Training ini mempergunakan pembelajaran perilaku. Dilakukan melalui perbanyak stimulus, untuk menghasilkan respon yang diinginkan. Kata kunci memahami pendekatan ini: stimulus – respon.
 • Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers and Parents) menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam lingkungan sosial (dengan teman-teman). . Kata kunci memahami pendekatan ini: stimulus – respon – sosial.
 • Floor Time: merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. . Kata kunci memahami pendekatan ini : interaksi – stimulus – respon.
 • TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related Communication Handicaps):pembelajaran bagi anak dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi anak. Pendekatan ini bisa merupakan alternatif yang baik untuk penangan anak berkebutuhan khusus dalam tingkatan yang kompleks.
Mengingat anak tuna laras memiliki gangguan dalam sosio emosionalnya, maka pendekatan DTT (stimulus-respon) dapat menjadi alternatif yang tepat. Dengan pendekatan ini pembelajaran membanyakkan stimulus, dan diharapkan anak akan sibuk dalam memberikan respon yang terarahkan; perhatiannya terpusat.

 Adapun metode untuk anak berkebutuhan khusus, diantaranya adalah;
 • 1. Communication:Adanya komunikasi yang terjadi, baik siswa antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru.
 • 2. Task Analisis: prosedur dimana tugas-tugas dipecah kedalam rangkaian komponen-komponen langkah atau bagian kecil satu tujuan akhir atau sasaran.
 • 3. Direct Instruction: metode pengajaran yang menggunakan pendekatan instruksi selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat.
 • 4. Prompts: setiap bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan respon yang benar. Dengan langkah-langkahnya adalah verbal, modelling, gestural, dan physical.
Melihat anak tuna laras akan menuntut lebih banyak perhatian, maka metde yang tepat adalah dengan menggunakan direct instruction. Harapannya dengan menggunakan instruksi terus menerus anak tidak merasa bosan, tidak merasa terabaikan, dan merasa mendapat perhatian. 

  • Siapakah terapis itu? Apakah guru dapat menjadi terapis?
 Dari pengertian secara umum, terapis adalah orang yang melakukan terapi (usaha untuk memulihkan kesehatan orang yg sedang sakit). Hanya saja karena usaha ini perlu keahlian, maka seorang terapis harus melalui apa-apa yang dibutuhkan sebagai bekal keterampilannya melakukan terapi. Baik mulai dari ilmu pengetahuan, pelatihan keterampilan, dan mungkin hal lainnya. Jadi, terapis itu bersifat khusus, dan lebih baik tidak merangkap menjadi guru.

Anak Berkebutuhan Khusus, butuh cinta yang khusus
Sumber makalah kami:
http://asachrudingarut.wordpress.com/2012/11/11/dasar-pertimbangan-memilih-metode-pembelajaran/ http://servervideo020005.webs.com/ http://kpsschoolevent.wordpress.com/ 
http://minnaunesa.blogspot.com/2013/04/kebutuhan-layanan-bimbingan-dan.html 
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus 
http://pendidikanabk.wordpress.com/2009/11/28/10-model-terapi-anak-autis/ 
http://www.parenting.co.id/article/balita/anak.autis.juga.bisa.belajar/001/003/67

Komentar