Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar (PKn - SD)

Tulisan ini mengacu pada 5 (lima) pertanyaan pada ujian akhir semester mata kuliah Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar. Karena itu penuturannya bersifat formal. Hanyasaja, terkait isinya, bersumber pada catatan perkuliahan pribadi, dengan merujuk pada penjelasan point utama oleh dosen pengampu mata kuliah. Dipublikasikan di sini, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca, ataupun menjadi bahan untuk dikaji ulang - bukan sebagai sumber materi. Semoga pembaca dapat menyaring manfaatnya, dan tentunya: Mari Berbagi! :) Salam Zestful!


1. Tiga proses pembelajaran dalam bidang studi PKn

 - Proses Pengembangan model kerangka berfikir pradigma baru: model pemebelajaran berbasis portofolio. 

     Pendekatan portofolio ini akan ditandai dengan karakteristik siswa yang aktif belajar dan pembelajaran inkuiri. Adapun dengan pembelajaran PKn melalui model portofolio ini diharapkan peserta didik mampu melaksanakan peran pembelajaran dengan baik, diantaranya berpikir kritis, mengenal objek/subjek masalah dalam kehidupan, memilih dan bisa memecahkan problem atau masalah, serta mampu mengasah berpikir dengan ilmiah.


 - Proses Pembelajaran mengarah demokrasi: konstruksivisme 

      Model konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa aktif secara mental dalam membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Adapun guru dalam penggunaan model ini berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Pembelajaran lebih berfokus terhadap suksesnya siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dengan diterapkannya pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran PKn, siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih memahami penjelasan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan ini juga diharapkan membangun pendidikan yang demokratis. 


 - Proses pembangunan karakter: inkuiri 

Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada keterlibatan siswa secara optimal dalam proses pembelajaran dengan kegiatannya yang terarah untuk mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukannya dalam proses inkuiri. Inquiry menekankan pembelajaran pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan (siswa sebagai subjek belajar), menumbuhkan sifat percaya diri, dan mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.  


2. a. Hakikat, fungsi dan tujuan bidang studi 

Hakikat bidang studi PKn

Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) telah menyatakan bahwa 

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 
      Maka hakikat bidang studi PKn ini sudah cukuplah terang dijelaskan dalam pernyataan tersebut. 

Fungsi bidang studi PKn : 

  1. Sebagai sarana pembinaan watak bangsa (National Character Building) dan pemberdayaan warga negara. (Depdiknas, 2006) 
  2. Sebagai suatu strategi untuk mengembangkan dan melestarikan nilai, moral pancasila secara dinamis dan terbuka dalam artian bahwa nilai moral mampu menjawab tantangan yang terjadi di masyarakat tanpa kehilangan jati diri bangsa yang merdeka dan berdaulat. 
  3. Sebagai suatu solusi untuk mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politk dan konstitusi Negara kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. 
  4. Sebagai sarana pembinaan penanaman pemahaman dan kesadaran terhadap hubungan antar warga Negara dan Negara. 


Tujuan Bidang studi PKn : pamendiknas RI no. 22 tahun 2006 :

  1. Berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif dalam menangani isu kewarganegaraan 
  2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta anti korupsi; 
  3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan nilai karakter budaya bangsa indonesia – toleransi;
  4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa yang ada di dunia dan pasih akan teknologi/informasi komunikasi.   

 b. Bidang studi PKn disebut sebagai alat pembentukan pola sikap bagi karakter bangsa 

     Adalah karena di dalamnya (bidang studi PKn) terdapat proses sentral pembangunan sentral pembangunan karakter bangsa yaitu (sebagaimana telah dijelaskan pada soal sebelumnya) sebagai berikut:
1) pemikiran pola pradigma baru; 
2) bentuk masyarakat demokrasi; 
3) isi pesan konstitusi negara RI

        Dimana pendidikan kewarganegaraan itu berangkat dari keadaan situasi dan kondisi aktual kehidupan berbangsa, semangat kebangsaan dalam kesamaan nilai dan berujung pada isi pesan konstitusi untuk kesejahteraan kehidupan bernegara, berbangsa bertanah air. 


 c. Peran metode, media, dan evaluasi bidang studi PKn yang dilandasi peran ranah afektif 

    Dalam kegiatan proses belajar mengajar bidang study PKn di sekolah dasar, sosok guru diharapkan mampu membantu siswa mencapai tujuan-tujuan yang digariskan oleh bidang PKn; hidup dengan baik. 
     
    Tujuan tersebut tidak lain meliputi dunia ranah afektif, yakni dengan mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai individu, anggota masyarakat, warga Negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu untuk mencapai tujuan tersebut, guru PKn dituntut untuk dapat menerjemahkan pemahaman-pemahaman tentang konsep, moral hukum dan politik yang berdasarkan teoritik. Sebagaimana hal tersebut merupakan sasaran dari kegiatan PBM bidang stadi PKn. 

     Sedemikian sehingga kelas memiliki peran-peran penting tertentu yaitu tempat berlatih, landasan peran hokum, dan pengembangan nalar ilmu. Menilik dari demikian pentingnya peran guru, maka dalam prosesnya tentu ia tidak akan terlepas dari metode, media, dan evaluasi. Sepenting mencapai tujuan itulah ketiga hal ini juga tidak kalah penting untuk diperhatikan, dipersiapkan dan digunakan. 


 3. Cagur dan Guru menjadi model/teladan Dalam kegiatan PBM bidang studi PKn di Sekolah Dasar

      Seorang guru maupun cagur diharapkan mampu untuk membantu siswa untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang digariskan oleh bidang studi PKn, yakni hidup dengan baik. Karena itu, dalam dunia ranah afektif, dalam hal ini, seyogyanya mampu mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. 
     Implikasinya diharapkan hal tersebut terwujud dalam bentuk imitasi prilaku serdik dalam kehidupan sehari-harinya dengan baik, baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Secara lebih lanjut, sosok guru yang diharapkan yang dijadikan teladan dalam pembentukan watak peserta didik adalah mereka yang dapat:

memprogram hidupnya (teratur), cekatan, ulet, produktif, inovatif, kreatif, pandai, baik, benar, dan bertanggungjawab. 

Pentingnya sikap-sikap tersebut terdapat dalam karakter cagur apalagi guru, adalah seukuran betapa pentingnya para generasi bangsa ini untuk kemajuan bangsanya. 


 4. Ciri-ciri guru yang inkuiri: 

     Menurut Sanjaya (2009), 
dalam menggunakan pendekatan inkuiri guru harus harus memperhatikan beberapa prinsip yang mana prinsip-prinsip tersebut menjadi acuan atau kompetensi yang harus bisa dilakukan oleh guru agar tujuan pembelajaran inkuiri bisa tercapai, antara lain: 

  • Berorientasi pada pengembangan intelektual: proses dan hasil belajar. Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. 
  • Prinsip Interaksi. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. 
  • Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. 
  • Prinsip Belajar. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 
  • Prinsip Keterbukaan. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.   

 5. Model-model Pembelajaran di Kelas 

a) Concept Analysis Model (Model Analisis Konsep) 

     Model ini membelajarkan siswa mengenal semua konsep dasar yang terkandung salam suatu mata pelajaran baik teori maupun praktek. Pemberian kesempatan berpraktik bertujuan agar siswa memiliki landasan yang kuat ke arah jenjang pendidikan selanjutnya. 

      Untuk pengembangan penggunaan model ini setidaknya guru menggunakan langkah berikut ini: 
  1. Memilih dan menelaah konsep-konsep yang akan diajarkan. Dalam tahap ini, guru merencanakan dan memilih konsep-konsep yang berkaitan dengan mata pelajaran yang akan disampaikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa. 
  2. Memilih, mengembangkan, dan menggunakan strategi-strategi yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan guru. Dalam tahap ini guru mencari dan menggunakan strategi dalam kegiatan belajar mengajar, agar memperoleh indikator yang diharapkan sesuai dengan materi yang sudah disiapkan oleh guru pada sebelumnya. 
  3. Memilih, mengembangkan, dan menggunakan prosedur penilaian yang tepat. Pada langkah ini guru dapat memilih dan menentukan sebuah penilaian sebagai bahan evaluasi terhadap hasil pencapaian siswa dan menganalisis keefektifan penggunaan model ini terhadap tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik atau tidak. 


      Pada intinya pengembangan yang dilakukan adalah sesuai dengan kesiapan baik guru maupun siswa dalam pemrosesan informasi tentang isi (konsep) bidang satudi yang dipelajari. 

 b) Creative Thinking Model (Model Berfikir Kreatif) 

         Model berpikir kreatif (creative thinking model) merupakan model yang dirancang untuk meningkatkan kefasihan, fleksibilitas, dan orisinilitas sebagai pendekatan terhadap benda-benda, peristiwa-peristiwa, konsep-konsep, dan perasaan-perasaan siswa. 

        Tujuannya agar siswa yang mempelajari teknik-teknik kreatif dapat memanfaatkan secara efektif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa terhadap mata pelajaran tertentu dalam mengikuti pelajaran. Adapun dalam pengembangan penggunaannya, setidaknya guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 
  1. Membangun suasana kelas yang harmonis, yang dapat membina siswa untuk berpikir kreatif; 
  2. Memulai pemberian materi dengan menggunakan teknik-teknik yang mengajak menuju ke arah ide-ide dan produk-produk baru; 
  3. Mengevaluasi dan memberikan test terhadap ide-ide yang telah diajukan. 


        Penggunaan model pembelajaran berpikir kreatif (creative thinking model) ini lebih menitikberatkan pada pemprosesan informasi dan keterampilan-keterampilan pertumbuhan pribadi siswa. Dengan demikian hal yang penting dalam pengembangan model ini adalah pada pengemasan situasi dan kondisi yang baik untuk siswa berkreasi. 

 c) Experiental Learning Model (Model Belajar Melalui Pengalaman) 

         Model pembelajaran melalui pengalaman (experiential learning model) merupakan model yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlakukan lingkungan mereka dengan mengisinya dengan keterampilan-keterampilan berpikir yang tidak langsung menghubungkannya dengan suatu bidang studi atau mata pelajaran khusus.
            Ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru pada model ini agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif yaitu: 
Menyediakan media, bahan-bahan, atau benda-benda konkrit sebagai bahan untuk digunakan dalam pembelajaran, ditelaah, atau diteliti oleh siswa; 
  1. Merancang dan menyediakan pemenuhan serangkaian kegiatan yang cukup luas dan dapat memberi daya tarik untuk meningkatkan minat siswa serta menumbuhkan rasa keterlibatan para siswa dengan antusias; 
  2. Mengatur kegiatan pembelajaran yang bermakna, sehingga siswa yang berbeda tingkat perkembangan kognitifnya dapat belajar satu sama lainnya dengan tertib; 
  3. Mengarahkan siswa untuk mengembangkan teknik-tekniknya dalam bertanya dalam mengungkapkan alasan-alasan siswa yang mendasari mereka; 
  4. Menciptakan lingkungan kelas yang dapat mengarahkan siswa dan dapat meningkatkan perkembangan proses berpikir kognitif siswa ke arah yang lebih baik.   


d) Group Insuiry Model (Model Kelompok Inkuiri) 

         Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk bekerja secara kelompok untuk menginvestigasi dan memecahkan secara bersama-sama dengan kelompoknya terhadap topik-topik yang sifatnya kompleks. Dengan cara berkelompok, siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran terhadap pemecahan masalah, sehingga nantinya siswa memiliki keterampilan sosial yang dapat memecahkan berbagai persoalan dengan cara yang produktif. 

     Adapun langkah-langah guru dalam penyajian model kelompok inquri adalah sebagai berikut: 
Menyajikan dan mengarahkan siswa untuk mengundang pertanyaan serta membuat situasi kelas yang menarik ke arah pengoptimalan suasana belajar yang kondisif; 
  • Merencanakan invertigasi; 
  • Melaksanakan investigasi; 
  • Menyajikan temuan-temuan, dan; 
  • Mengevaluasi investigasi; 


      Kunci pengembangan model ini adalah pada teknik pengelompokkan, penentuan tema masalah untuk diinvestigasi, dan respon atau penghargaan atas hasil investigasi dan presentasi kelompok. 

 e) The Role Playing Model (Model Bermain Peran) 

        Model bermain peran (the role playing model) merupakan model pembelajaran yang menekankan aspek motorik dan aspek kognitif yang mengedepankan kegiatan diskusi secara berkelompok dalam bentuk pemeranan/pementasan ke arah situasi nyata yang terjadi di lingkungan siswa. 
          Model yang dipelopori oleh George Shaftel ini merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk : 
a) menggali perasaannya; 
b) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya; 
c) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah; dan 
d) mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. 

            Pada intinya, model bermain peran (the role playing) ini merupakan sebuah model pembelajaran yang mengedepankan aspek-aspek sepeti motorik, kognisi, afeksi, dan keterampilan sosial, serta aspek-aspek yang lain yang dikemas melalui kegiatan pemeranan/pementasan dengan mentransformasikannya ke dalam situasi kehidupan nyata siswa. Sehingga dengan begitu diharapkan, siswa mampu memiliki pribadi yang mandiri, terampil, kreatif, dan dapat memecahkan persoalan dalam hidupnya pada masa mendatang. 
   
      Jadi soal pengembangan penggunaan media ini akan bergantung pada sejauh mana stimulasi yang diberikan dalam bermain peran ini mendapatkan respon yang baik dari pemain-pemainnya.

sekian -- (^_^)

Komentar