Komandan yang Kesakitan

Sahabat, mari kita bertanya tentang komandan kita.
Ialah Qalbu.
Hajat akan kebaikannya sangatlah dibutuhkan, sementara keburukannya ialah suatu ancaman.

Sungguh, substansi kebaikan Qalbu amat dibutuhkan.
Yakni, saat ia bisa mewujudkan ketaatan dengan sebenar-benarnya hanya kepada Alloh SWT. Suci murni.
Bebas dari kesyirikan dalam segala jenisnya. Menghamba kepada Alloh dalam segala: harapan, keinginan, cinta, benci, tawakal, patuh, tunduk, memberi, juga menahan.
Dia membaikkan sesiapa yang menjadi tanggung jawabnya.
Dengan qalbu yang bersih dan sehat, ia tak bersekat dengan kebenaran.
Subhanalloh, tiada sakit hidup ini dirasa dengan Qalbu demikian.
Karena cintanya Qalbu sudah tepat.
Kepada Dzat Yang Maha....

Namun, sahabatku, yang bertanggung jawabpenuh atas segala kesalahan, kekacauan, dan pambangkangan yang terjadi, juga adalah komandan kita, Qalbu kita.
Maka, bayangkanlah apa yang akan terjadi ketika seorang komandan, panglima, yang menjadi imam panutan, fingur ketaatan dan keteraturan tengah kesakitan, terluka? Ia salah, ia tersesat!

Penyakit syubhat dan syahwat.
Yang satu merusak ilmu dan keyakinan, dengan menolak kabar kebenaran dari Ar-Rahman.
Ia membuat ragu saat melihat kebenaran.
Yang satunya lagi merusak tujuan dan kehendak, karena ia menyelisihi perintah dan larangan Al-Khaliq.
Apa yang dituju, bukan lagi pulang dengan selamat. Melainkan,
kefanaan... kehinaan. Dunia.

Saat keduanya berpacu, Qalbu membawa seluruhnya diri menuju kehancuran. Benci pada yang benar. Cinta pada yang bathil.
Surga tak lagi dirindukan. Neraka  dan Murka Rabbnya tak lagi membuat ketakutan datang. Persangkaannya menipu dirinya sendiri. Dipikirnya berharga padahal hina. Dipikirnya akan bahagia padahal membuatnya sengsara. Tertipu, tertipu, tertipu.

Sahabat,
Jagalah Alloh, Alloh pun akan menjagamu.

Komentar