Berhijab: Tanpa Tapi, Tanpa Nanti

Bismillahi, walhamdulillah.
Pada tulisan ini, saya mencoba menuliskan kembali jawaban ustadz pada kajian akhlak majelis ta'lim muda mudi untuk pertanyaan:

 "Mana yang benar, berhijab dari sekarang atau nanti setelah memperbaiki akhlak?" 
Ustadz menjawab dengan singkat, bahwa sesungguhnya berhijab pun adalah akhlak. Akhlak yang baik. Maka tidak ada perbandingan pada kedua objek "berhijab atau memperbaiki akhlak dulu" karena salah satu merupakan bagian dari yang lainnya. Berhijab adalah akhlak.

Baik, pada tulisan ini, saya mencoba menelaah jawaban tersebut. Mari singkatkan pembahasan ini pada dua fokus pertanyaan.
Pertama, bagaimana asal mula perintah berhijab bagi akhwat atau muslimat?
Kedua, apa definisi akhlak?
Perintah berhijab, telah tercantum dalam Al-Quran Surah Al Ahzab ayar 59:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Sedangkan untuk definisi akhlak, pada waktu kajian ustadz telah menyampaikan definisinya menurut Al Imam Al Ghazali, yaitu:
فَالْخُلُقُ عبَارَةٌ عَنْ هَيْئَة فِي النَّفْسِ رَاسخَةٌ عَنْهَا تَصْدُرُ الْأَفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ إلَى فِكْرٍ وَرِؤْيَةٍ

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan, dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 


 Mari kita perhatikan kedua data atau keterangan di atas. 

Berhijab: 

  • Apakah hanya sebuah anjuran atau perintah?
  • Siapa yang memerintahkannya?
  • Kepada siapa amanat perintah itu disampaikan?
  • Untuk siapa perintah tersebut ditujukan?

Teman-teman muslimat sekalian, berhijab ternyata bukan sebuah anjuran lagi melainkan adalah perintah. Menutup aurat adalah perintah. Konsekuensinya apa? Ketika sesuatu bersifat "perintah", maka konsekuensinya adalah "harus dikerjakan, jangan ditinggalkan". Atau dengan kata lain, wajib hukumnya, akan mendapat pahala (kebaikan) ketika dilaksanakan dan mendapat "ancaman" ketika ditinggalkan. 

Yang memerintahkannya adalah Allah. Al Khaliq, pencipta kita. Perintah itu disampaikan melalui utusanNya yang mulia, Rasulullah shallallahu'alaiyhi wasallam, dan ditujukan kepada wanita mukminah muslimah. 

Kita kaitkan dengan definisi akhlak sebagai sifat yang menimbulkan perbuatan "yang dilakukan dengan mudah tanpa perlu pertimbangan dan pemikiran"

Maka ketika seorang wanita muslimah berjilbab, ia telah sedang berusaha untuk berakhlak. Kenapa? Karena ia tanpa perlu melawan perintah Allah, ia kenakan jilbab. Tanpa perlu berpikir macam-macam dengan ketentuan perintah berjilbab, ia taati, ia tutupi auratnya. Tanpa menunggu, tanpa nanti-nanti (bisi keburu mati)

Dalam sejarahnya, para shahabiyah di zaman Rasulullah shallallahu'alaiyhi wasallam, ketika mendengar turunnya kewajiban berhijab, mereka pun langsung mengambil apa saja kain untuk menutupi auratnya demi memenuhi perintah tersebut. 

Demikianlah akhlak orang yang beriman, sami'na wa atho'naa, kami mendengar dan kami taat.

Lalu bagaimana dengan perkataan yang memojokkan seperti: berhijab sih berhijab, tapi kelakuan kok gitu?  

Ustad menjelaskan bahwa tolok ukur akhlak bukanlah pendapat manusia. Kenapa? Karena sifat manusia itu terkadang "menyukai sesuatu yang bahkan hal itu tidak baik baginya, atau membenci sesuatu yang padahal sesuatu tersebut baik untuknya". Sifat ini telah Allah sebutkan dalam Al Quran Surah Al Baqarah ayat 216. 

Lalu apa tolok ukur "baik dan buruknya" akhlak? Tentulah ukurannya adalah apa yang telah diperintahkan dan dicontohkan oleh Allah dan Rasul Nya. Ya, Allah sendiri adalah Al Barru, Maha Baik dan Sumber Segala Kebaikan, Al Hamid: Allah Maha Terpuji.  Allah memerintahkan kita berbuat baik, tentu bukan tanpa tuntunan tanpa arahan.  Dan Rasulullah shallallahu'alaiyhi wasallam adalah sebaik-baik manusia, terbaik akhlaknya. (Lihat Surah Al Ahzab ayat 21). Maka beliau lah yang menjadi tolok ukur dan teladan bagaimana kita berakhlak.

Kita adalah hamba dari Allah:

Ar Rahman, Yang Maha Pengasih

Ar Rahim,  Yang Mah Penyayang, 

Al Halim, Yang Maha Penyantun

Al 'Afuw, Yang Maha Pemaaf

Al Lathif, Yang Maha Lembut

As Syakur, Yang Maha Mensyukuri

Ar Rauf, Yang Maha Belas Kasih

An Nashir, Yang Maha Penolong

Maka, sudah sepatutnya kita pun berusaha memangkas sifat buruk kita dan menerapkan akhlak-akhlak mulia yang sudah dicontohkan Allah dan Rasul Nya. 

Semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa bisa menaati perintahNya, dan  merasakan nikmatnya berada dalam ketaatan. Aamin

Terakhir, untuk apa yang saya tulis ini, silahkan ambil yang baiknya dan buang yang buruknya. Semoga bermanfaat!

Terimakasih kepada ustadz Iim Ruhimat (hafidzahullah) atas penjelasannya pada kajian muda-mudi mesjid Al- Barokah pada Senin 22 Februari 2021. Baarokallahu fii'uluumihim.

Komentar