URGENSI MEMPELAJARI AKHLAK

Suatu ketika saya mencoba membuat polling di instagram dengan pertanyaan: 
Pentingkah mempelajari akhlak?


 Setelah mengetahui hasil polling, saya kira perlu untuk melanjutkan pertanyaan tersebut demi mendapatkan "esensi" dari seberapa penting kepentingan tersebut. Dan itulah konsekuensi yang ingin saya tanggung, belajar lagi, menggalinya, dan menorehkannya dalam tulisan ini sebagai pengingat.

Bagaimana sikap ketika menghadapi kemelaratan?

Bagaimana sikap ketika dihujani kesenangan?

Bagaimana sikap ketika dirundung kekecewaan?

Bagaimana menjaga untuk tetap "waras" ketika keadaan seakan membuat gila, tak terkendali, tak sesuai harapan?

Seiring berjalannya waktu kita pun menghadapi bermacam-macam keadaan. Bagaimana kita menjalaninya, pada bagian itulah akhlak menjadi inti dari diri kita.

Dialah akhlak, yang mendorong kita untuk bertindak menanggapi keadaan itu bahkan tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.

Terlepas dari pendapat pribadi kita akan penting atau tidaknya mempelajari akhlak, rupanya "kewajiban untuk berakhlak" sudah ditetapkan. 



Dalam Al-Quran surah Al Baqarah ayat 195, Allah begitu menekankan perintah untuk berlaku baik dengan kalimat setelahnya, bahwa Dia menyukai orang yang berbuat kebajikan. Dapatkah kita membayangkan, menjadi seseorang yang disukai? Bahkan ketika manusia menyukai sesuatu biasanya ia memberikan perhatian yang luar biasa. Tapi ini subjeknya bukan manusia, Dia lah Allah Al Wadud, Yang Maha Mencintai, yang tentu lebih sempurna dalam cara memperhatikan apa yang disukaiNya. 

Kedua, dalam surah Al Qashash begitu jelas Allah menegaskan tuntunan Nya, "berbuat baiklah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu!". Pada ayat ini, Allah menekankan perintah untuk berbuat baik dengan menyandarkannya pada perbuatanNya.  Mari kita memperhatikan, berapa banyak kebaikan Allah kepada kita. Dialah Al Barru, Maha Baik, tidak ada yang menandingi kebaikanNya. Ya, kita tidak akan pernah cukup untuk dapat menghitung kebaikan Allah untuk kita sendiri, belum lagi untuk manusia dan makhluk lainnya. Allah telah memberikan contoh dalam kebaikan dengan sempurna tanpa cacat. 

Sehingga ketika Allah memerintahkan kita berbuat kebaikan, maka ia menjadi suatu kewajiban. Sesuatu yang diperintahkanNya, tentu akan berbuah pahala ketika dikerjakan atau berakibat siksa ketika ditinggalkan. Suatu perintah pasti harus sudah jelas tuntunannya, jelas aturannya. Dengan demikian akhlak menjadi bagian dari ilmu yang dapat dikaji, dipelajari, dan diamalkan.

"Kagak ada akhlak nye!"

Kira-kira ungkapan seperti itu untuk orang yang berbuat baik atau buruk? 

Apakah diungkapkan dengan senang atau dengan kecewa dan amarah? 

Apakah itu ditujukan untuk hal yang beres, damai, atau sebaliknya?


Dengan tiadanya (akhlak yang baik) kita merasakan kacaunya kehidupan. Sebaliknya, ketika kita mendapatkan perlakuan baik dari seseorang, kita pun mendapat kenyamanan. Terlebih lagi, ketika kita berhasil menentukan sikap yang baik, kita pun terhindar dari ketakutan, dan mendapatkan kelegaan.

Di akhir tulisan ini, saya mengajak teman-teman, yuk nyalakan lagi semangat kita untuk mempelajari akhlak. Barangkali ketidakberesan hidup kita, hanyalah persoalan kita belum mengetahui tuntunan syariatnya dengan benar. Selagi kita masih hidup, apa yang salah tentu masih ada harapan untuk memperbaikinya. 

Baarokallahu lii wa lakum.

Alhamdulillah.


Komentar